Selasa, 23 Agustus 2011

Wahai Mujahid, Jangan Mau Kau Menikahi “Aku”


Wahai mujahid, yang menyusahkan dirinya karena Alloh. Yang menjual dirinya kepada Alloh. Yang ingin bersusah disaat laki-laki lain tengah mengejar kesenangan. Aku wantikan kepadamu, jangan mau kau menikahi aku. Meski kutawarkan hatiku padamu, jangan mau! Jangan mau kau nikahi aku.

Karena aku, sesungguhnya bukanlah yang mau kau ajak bersusah dalam hidup.

Hai Mujahid, sudah aku katakan berulang jangan kau mau nikahi aku! Jangan!


Aku bisa merengek jika kau meminta ijin berangkat saat panggilan jihad itu tiba. Aku tidak ingin hidup tanpamu. Jangan menikahiku jika kau akan meninggalkanku. Masih ingin menikahiku?


Aku, akan kubuat kau menunda pekerjaanmu melayani umat dengan kesibukan melayaniku. Aku adalah ratu dirumah, jika kau tidak bisa penjadi pelayan yang baik, jangan pernah menikahiku!


Aku, wanita! Tabi’atku menyukai perhiasan dan kekayaan. Maka, jangan kau menikahiku jika kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Memang lebih baik kau tidak usah menikah saja jika kau tidak menemukan wanita yang tidak sepertiku, sebab kupikir semua wanita sepertiku!


Duhai Mujahid! Suami yang baik adalah suami yang memberi kewajiban nafkah pada istrinya secara layak. Jangan kau menikahiku jika kau menuntutku untuk bekerja. Aku tidak bisa! Aku tidak punya keahlian untuk itu.

Aku tidak sudi bekerja, bukankah itu kewajibanmu? Jangan nikahi aku kalau begitu!


Mujahid, jangan kau mau nikahi aku meski aku punya daya tarik, dan kau terpikat olehku, jangan! Sebab kau harus tau diri! Aku bisa menampakkan wajah berseri dihadapanmu sepanjang hari, tapi tidak jika kau tengah berpamitan dengan tugasmu fi sabilillah.


Sekali lagi kukatakan jangan berniat menikahiku!

Jalanmu penuh duri, aku tidak cukup mental untuk dihina dan disindir oleh tetangga kita nanti.

Ah, jangan kau nikahi aku! Aku tidak mau di cap istri teroris!


Wahai Mujahid, tentara Alloh yang mengorbankan semua yang dimilikinya hanya untuk Alloh dan Rosul-Nya serta Umat. Bagaimana aku sanggup jika suatu saat kau dipenjara? Apa kau menjaminku, menjamin hidupku?

Dan hal yang paling mengerikan, jika kau mati! Aku akan jadi janda! Sanggupkah aku? Oh, tentu tidak Mujahid! Aku pasti akan meraung, meratap seperti wanita jahiliyah pada umumnya. Untuk itu, jangan menikahiku!


Kusadari kau dan aku akan saling membebani jika kita pasutri

Kau terbeban karena kehadiranku, jihadmu vacum!

Aku terbebani karenamu, hidupku sulit!

Untuk yang terakhir kali, aku katakan JANGAN kau nikahi “aku”


Banyak sekali “aku”. mungkin hanya sedikit yang bukan “aku”. menikah saja dengan bidadari jika kau tidak menemukan wanita selain “aku-aku”, wahai akhi mujahid.



Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Ath Thaghabun: 14)



Dan jika tidak kau temukan wanita selain “aku-aku” ingatlah ayat ini:

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. dia Telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. dia (Allah) Telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka Dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. dia adalah Pelindungmu, Maka dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.(Al Hajj: 78)

Bertahanlah dalam jihadmu!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar