Kamis, 11 Agustus 2011

Tak Seindah Kisah Fathimah binti Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib

Ini adalah kisah temanku, teman seperuanganku sendiri. Setiap ada masalah, dia selalu curhat padaku. Masalah percintaanya pun aku tahu semua. Mungkin dia satu dari sekian ribu akhwat yang menjadi "korban" hati, gara-gara seorang ikhwan yang merasa "spesial" baginya. Awalnya temanku ini tidak punya akun facebook (FB), dia tetap kekeuh "mengharamkan" situs itu. Dia tetap menggunakan akun pencera-hanhati.com (PH), sebuah situs  network Islam asli buatan Indonesia. Mulai dari situ dia berinteraksi dengan dunia maya.

Setahun kemudian, dia seperti penasaran dengan situs network yang bernama FB. Akhirnya, dia buatlah akun di FB. Satu persatu akun orang-orang yang dia kenal maupun tidak dikenal, di-add sebagai teman. Lama-lama temannya di FB-nya makin banyak, ketika itu sudah mencapai ratusan. Selama dia punya akun FB, dia seperti "kecanduan". Setiap hari dia online baik melalui komputer mau pun handphone. "Hahaha, ente ketagihan juga sama tuh facebook. Hahaha", ledekku. Reaksinya hanya senyum-senyum malu.

Sampai suatu ketika, ada seorang ikhwan menge-add fb temanku. Setelah dikonfirmasi, ikhwan itu sering menyapa lewat chatt. Berkenalan, saling ngobrol dan komentar di status masing-masing. Hingga pada akhirnya, mereka saling bertukar nomor telepon dan akhirnya saling mengirim pesan singkat. Pada puncaknya, si ikhwan itu memberi perhatian pada temanku. Temanku ini seperti merasa tersanjung karena merasa diperhatikan oleh si ikhwan itu. Ternyata bukan aku saja yang memperhatikan dia di FB, teman-teman akhwat lain juga memperhatikan mereka melalui FBnya masing-masing. Memang beberapa teman ada yang berteman dengan ikhwan itu. Setelah teman-teman tahu masalah ini, pesan singkat pun datang silih berganti. Kami tidak tahu apakah teman kami yang satu ini sadar atau tidak bahwa dia sedang ditegur oleh teman-teman akhwat.



Temanku diundang pada sebuah kajian dari divisi kewanitaan dari organisasi eksternal mahasiswa,  temanya juga menyangkut masalah yang temanku sedang hadapi, dan ternyata memang datang. Memang, kalau masalah keilmuan dia memang ahlinya. Bahkan, teman-teman halaqoh menjuluki sebagai "ahli siroh". Ketika sesi pertanyaan, teman-teman bertanya langsung menjurus ke teman kami yang punya "masalah". "Aku mau tanya, ada salah satu teman dia sepertinya memang punya masalah dengan hatinya. Kita udah menegurnya, tapi sepertinya dia tidak sadar dengan teguran. Terus, apa yang ktia lakukan? Itu saja pertanyaannya", tanya salah satu teman akhwat. "Jika ditegur yang ke tiga kalinya tidak sadar juga, solusi selanjutnya adalah mendiamkannya. Ketika perang Tabuk, ada salah satu sahabat yang tidak ikut perang. Langsung Rasulullah saw diamkan selama tiga bulan atau tiga tahun gitu, kakak lupa", itulah jawaban pembicara.

Setelah beberapa hari, kami pun mendiamkannya selama hampir dua pekan. Tetap saja dia seperti tidak menyadarinya kalau kami sedang mendiamkannya agar dia jera akan perbuatannya karena berhubungan dengan ikhwan itu. Suatu saat, pada pertemuan pekanan. Aku  sekarang satu halaqoh dengan dia, setelah pemaparan materi dari murabbiyah kami, handphone kami diperiksa satu persatu. Sampailah handphone temanku itu di lihat semua pesan singkat oleh murabbiyah. Kalau ada pesan singkat dari seorang ikhwan, langsung ditanya siapa ikhwan itu dan ada kepentingan akan mengirim pesan singkat. 

"Ketika temanku ditanya, ini siapa?", tanya murabbiyah.

"Itu teman nasyid, kak", jawabnya. Dari raut wajahnya, dia tidak ingin diinterogasi lebih jauh. Apalah daya, temanku yang lain, Yasmin angkat bicara tentang masalah yang sedang dihadapinya.

"Udah jujur saja, kalau ane perhatikan ente ada sesuatu dengan teman FB yang baru. Awalnya dari gimana tuh? Siapa yang nge-add dulua?", introgasinya lebih lanjut.

"Hmm... Dia duluan yang nge-add", jawabnya sedikit gugup.

"Zahra, kalau memang kamu ada rasa dengan ikhwan itu bilang aja sama kakak, nanti kakak langsung proseskan dengan ikhwan itu. Tapi apa kamunya udah siap?", murabbiyah kami kembali angkat bicara. Temanku yang punya masalah tetap tak bergeming, diam seribu bahasa. Suasana jadi hening sejenak.

"Kalau ane perhatiin kalian berdua seperti suami-istri dari cara memanggil", lanjut Yasmin. Masih diam seribu bahasa. "Ayo dong jawab, jangan diam saja, kami di sini juga ingin ada keputusa yang tegas dari ente", sepertinya Yasmin sudah mulai gemas dengan dia.

"Zahra, sekarang gini. Kamu maunya gimana? Kita bertanya seperti ini padamu karena kami sayang padamu. Atau mau kakak yang bilangin ke ikhwan itu untuk jangan berhubungan dengan kamu lagi?", murabbiyah juga ikut mendesaknya. Aku di sini juga hanya diam saja, aku tak tega melihatnya tertekan.

"Zahra, secara keilmuan kita akui, kita di bawah ente. Apa lagi tentang sejarah dan siroh, kita gak ada apa-apanya. Tapi karena ente begini, jadi gimana gitu... Jadi ilmu yang ente kuasai percuma", kali ini aku mulai angkat bicara.

"Tuh, Nur saja mengakui keilmuan yang kamu miliki. Kakak juga mengakui, kalau masalah siroh kakak masih kalah sama kamu. Ok, sekarang gimana? Apa kamu mau menghapus FB ikhwan itu dari FB kamu, terus sms ke dia untuk jangan lagi berkomunikasi sama kamu? Atau kakak akan memberi waktu tidak pekan, setelah tiga pekan kamu harus laporan ke kakak dengan menunjukkan bukti sms yang kamu kirim ke dia untuk jangan berhubungan dengan dia lagi", murabb mulai memberi pilihan. Tapi dia tetap diam. Berbagai tausiyah sudah di keluarkan semua oleh murabbiyah.

"Kenapa diam saja? Ayo jawab!", Yasmin mulai kesal. Dari tadi temanku diam saja.

"Kalau mau nangis, nangis saja kalau itu membuat kamu jadi lega", lanjut murabbiyah.

"Ya sudah...", akhirnya bicara juga.

"Ya sudah apa?! Yang jelas dong!", kekesalan Yasmin semakin lama semakin  memuncak.

"Ya sudah, aku memilih pilihan untuk tidak berhunbungan lagi dengan mendiamkan semua sms dari ikhwa itu", buat kami, keputusan itu kurang membuat kami merasa puas.

"Ok, selama tiga pekan. Setelah tiga pekan, harap memberi laporan sms kamu ke dia untuk tidak berkomunkasi dengan kamu", keputusan terakhir dari murabbiyah.

***

Setelah tiga pekan, murabbiyah ternyata tidak menanyakan kembali. Ternyata, temanku masih berhubungan dengan ikhwan itu, baik melalui sms atau FB. "Ukh, jujur. Ane memang suka sama ikhwan itu. Tapi ane gak berani bilang seperti ini ke murabb. Biarlah waktu yang menjawab", kata temanku. "Ternyata benar apa kata perasaanku, kalau ente memang suka sama itu ikhwan", jawabku. Entahlah, aku juga bingung menghadapinya dan menyelesaikan masalahnya. Kemudian, dia menceritakan semuany mengenai ikhwan itu dan perlakuan ikhwan itu padaku.

Inilah yang ditunggu temanku, sebuah jawaban atas perasaannya ke ikhwan itu. Secara tiba-tiba, dia mengirim pesan singkat padaku, "Akhirnya, terjawab sudah. Dia sedang menjalani proses dengan akhwat lain di tempatnya. Dia memang menganggapku sebagai adik. Dia memang tidak tahu perasaanku ke dia". "Ya sabar aja, masih ada yang lebih baik dari dia. Walau pun ente suka sama dia dan dianya juga sedikit memberi perhatian ke ente", balasku.

Keesoknya, temanku datang padaku dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tiba-tiba dia memelukku dan meminta maaf, atas perilakunya selama ini. "Ukhti, ane minta maaf atas semua kesalahan ane. Jujur, hati ane bagai teriris. Ane udah memendam perasaan ini selama dua tahun, ternyata berakhir seperti ini. Sakit rasanya ukh, ane juga jadi trauma...", pelukan masih erat, air matanya membasahi pundakku. Setelah itu, dia menutup akun FBnya sementara hampir tiga pekan dan dia buka lagi FBnya dengan semangat yang baru.

"Walau pun ane udah seperti ini, ane masih sedikit trauma ukh", keluhnya lagi. "Ya sudah lah, ukh. Jangan dingat lagi. Itu akan membuat anti tambah sakit hati", kataku. Ya, setiap dia online dia masih saja melihat akun FB ikhwan itu dan setiap ikhwan itu berbicara pernikahan, luka temanku itu berdarah lagi, bahkan sampai meneteskan air mata lagi.

2 komentar:

  1. assalamu'alaikum.. ana boleh mampir di blog antum? salam kenal, pengen banged nih ngerapiin blog ana.. seperti yang punya k2.. cerpennya belum aku baca smua sich.. insyaallah nanti klo ada waktu senggang aku keliling blog antumm
    salamu'alaikum..

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumsalam... Silahkan... Namanya juga blog, untuk udah jadi hak publik untuk mampir. Jangan lupa beri kritik dan saran ya. Atau ada yang mau ditambahkan silahkan.

    BalasHapus