Senin, 16 Januari 2012

Memahami Liberalisme

Menyusul terbitnya fatwa MUI belum lama ini, terdengar suara-suara sumbang Yang mempersoalkan definisi liberalisme. Istilah 'liberalisme' berasal bahasa Latin Dari, liber, Yang artinya 'bebas' atau 'merdeka'. Hingga penghujung Abad ke-18 Masehi, Istilah ini Terkait erat horee DENGAN Manusia merdeka, Bisa semenjak lahir ataupun setelah dibebaskan, yakni mantan budak (Freedman). Dari sinilah Muncul Istilah 'seni liberal' Yang Berarti ilmu Yang Berguna BAGI murah sepatutnya dimiliki oleh setiap Orang merdeka, yaitu arithmetik, geometri, astronomi murah musik (quadrivium) Serta grammatika, Logika murah rhetorika (trivium).

Di zaman pencerahan, kaum intelektual eropa murah politisi menggunakan Istilah liberal UNTUK membedakan mereka Diri Dari Kelompok lain. Sebagai adjektif, kata 'liberal' dipakai menunjuk sikap anti UNTUK feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka (independen), berpikiran Terbuka Luas lagi (berpikiran terbuka) murah, KARENA ITU oleh, Hebat (murah hati). Dalam, Politik, liberalisme dimaknai sebagai SISTEM murah kecenderungan Yang berlawanan DENGAN murah menentang 'mati-matian' sentralisasi kekuasaan absolutisme murah. Munculnya republik-republik menggantikan kerajaan-kerajaan konon Tidak terlepas Dari liberalisme ini.

Sementara di bidang Ekonomi, liberalisme merujuk PADA SISTEM pasar bebas dimana intervensi pemerintah Dalam, perekonomian dibatasi-jika Tidak dibolehkan sama Sekali. Hal ini Dalam, murah PADA Batasan tertentu, liberalisme identik DENGAN kapitalisme. Di Wilayah Sosial, liberalisme emansipasi wanita Berarti, penyetaraan gender, pupusnya Kontrol Sosial terhadap individu murah runtuhnya Nilai-Nilai kekeluargaan. Biarkan wanita menentukan nasibnya SENDIRI, sebab tak seorang pun berhak Kini murah boleh memaksa ataupun melarangnya melakukan sesuatu UNTUK.


Sedangkan Urusan Dalam, agama, liberalisme Berarti kebebasan menganut, meyakini, mengamalkan apa murah lembut dan sehat, Sesuai kecenderungan, kehendak murah selera Masing-Masing. Bahkan Lebih Jauh Dari ITU, liberalisme mereduksi agama menjadi Urusan privat. Artinya, horee, amar ma'ruf nahi munkar maupun Bukan Saja Tidak dinilai relevan, bahkan dianggap bertentangan DENGAN semangat liberalisme. Asal Tidak merugikan pihak lain, Orang Yang Tidak boleh berzina dihukum, apalagi jika dilakukan Atas Dasar suka sama suka, MENURUT Prinsip ini. KARENA menggusur peran agama wahyu murah otoritas Dari Wilayah Politik, Ekonomi, Sosial maupun, Maka Tidak salah jika liberalisme dipadankan DENGAN sekularisme.

Pakar Sejarah Barat biasanya menunjuk motto Revolusi Perancis 1789-kebebasan, kesetaraan, persaudaraan (Liberté, Egalite, fraternité) sebagai Piagam agung (magna Charta) liberalisme modern. Sebagaimana diungkapkan oleh H. Gruber, liberalisme Prinsip mendasar ialah Yang pagar pernyataan bahwa tunduk Kepada otoritas-apapun namanya-adalah bertentangan hak asasi DENGAN, kebebasan murah harga diri Manusia-yakni otoritas Yang akarnya, aturannya, ukurannya, murah ketetapannya ada di Luar dirinya ( hal ini bertentangan dengan hak alamiah, bawaan, dan tidak dapat dicabut dan kebebasan dan martabat manusia, untuk tunduk dirinya otoritas, akar, aturan, mengukur, dan sanksi yang tidak dalam dirinya sendiri). Di Sini Kita mencium bau sophisme murah relativisme ala falsafah Protagoras Yang mengajarkan bahwa "Manusia adalah ukuran Dari Segalanya" - Sebuah doktrin Yang kemudian dirayakan oleh para penganut nihilisme semacam Nietzsche.

Sebagai Anak kandung Humanisme murah Reformasi Abad ke-15 murah 16, liberalisme dikembangkan oleh para pemikir di Inggris murah cendekiawan (Locke murah Hume), di Perancis (Rousseau murah Diderot) murah di Jerman (Lessing murah Kant). Gagasan ini diminati oleh elit BANYAK terpelajar murah bangsawan Yang menyukai kebebasan berpikir Tanpa Batas. Sebagaimana dinyatakan oleh Germaine de Staël Dalam, karyanya, sur les Pertimbangan principaux événements de la Révolution francaise (1818), kaum liberal menuntut kebebasan individu seluas-luasnya Yang menolak Klaim Pemegang otoritas tuhan, menuntut penghapusan hak murah-hak Istimewa gereja maupun raja.

PADA awalnya, liberalisme berkembang di kalangan Protestan lembut dan sehat. Namun belakangan wabah liberalisme menyebar di kalangan Katholik juga. Tokoh-tokoh-tokoh Kristen liberal semacam Benjamin Constant lain menginginkan agar ANTARA Pola hubungan ANTARA Institusi Gereja, pemerintah, murah Masyarakat ditinjau ulang murah diatur lagi. Mereka juga menuntut reformasi terhadap doktrin-doktrin murah disiplin Yang Dibuat oleh pihak Gereja Katholik di Roma, agar 'disesuaikan' DENGAN semangat zaman Yang sedang murah Terus berubah, agar sejalan Prinsip-Prinsip DENGAN liberal murah Tidak bertentangan DENGAN Sains Yang meskipun anti-tuhan namun dianggap Benar.

Secara Umum, Yang dikehendaki ialah kebebasan BAGI siapa Saja UNTUK menafsirkan ajaran agama kitab sucinya murah, ketidak-terikatan Aturan-Aturan DENGAN maupun keputusan-keputusan Yang dikeluarkan pihak Gereja, otoritas pemerintah vis Pengakuan-à-vis otoritas Gereja, murah penghapusan SISTEM kependetaan ( klerikalisme). Inilah Yang kemudian dikecam oleh Paus Pius ke-9, Leo ke-13 murah Pius ke-10. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini mereka sebut "modernisme" (Lihat: Jean Reville, Liberal Kristen (London, 1903); Georges Weill, Histoire de Catholicisme liberal en Prancis, 1828-1908 (Paris, 1909); murah Orestes A. Brownson, Percakapan pada Liberalisme dan Gereja (New York, 1869).

Di Dunia Islam virus liberalisme juga berhasil masuk ke kalangan cendekiawan Yang konon dianggap sebagai "pembaharu" (mujaddid). Mereka Yang menjadi liberal ANTARA lain: Rifa'ah at-Tahtawi (1801-1873 M), Qasim Amin (1863-1908 M) Abdur Raziq murah Ali (1888-1966 M) dari Mesir, Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M) Dari India, Muhammad Iqbal (1877-1938 M). Abad keduapuluh Muncul di pemikir-pemikir Yang Tidak kalah juga liberal seperti Fazlur Rahman, Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Shahrour Pengikut-pengikutnya murah di Indonesia (Lihat: Albert Hourani, Pemikiran Arab di Zaman Liberal, London, 1962; Leonard Binder, Liberalisme Islam, Chicago, 1988; Charles Kurzman murah, Islam Liberal, New York, 1998; murah Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia, Jakarta, 1999).

Pemikiran Pesan-Pesan murah Yang dijual tokoh-tokoh liberal alinea ITU sebenarnya Kurang Lebih sama lembut dan sehat. Ajaran Islam Harus disesuaikan perkembangan zaman DENGAN, Al-Qur'an Hadits mesti dikritisi murah murah ditafsirkan ulang menggunakan pendekatan historis, hermeneutis murah sebagainya, njaluk dilakukan modernisasi sekularisasi murah Kehidupan Beragama Dalam, murah bernegara, tunduk PADA Aturan pergaulan Internasional berlandaskan hak asasi Manusia, Pluralisme Dan lain lain-lain. Pendek kata, meminjam ungkapan Binder, liberalisme memperlakukan agama sebagai opini dan, karena itu justru mentolerir keanekaragaman dalam alam mereka yang menekankan pada kepercayaan tradisional tanpa dalih. Maka wajarlah jika kemudian menilai bahwa AGLOCO Islam dan liberalisme tampaknya bertentanga.  

Dari Uraian Ringkas di Atas Kita dapat simpulkan bahwa paham liberalisme mencakup Tiga Hal: (1) berpikir bebas; (2) sophisme; dan (3) kepatuhan longgar untuk dan latihan bebas dari agama. Yang Pertama Berarti kebebasan memikirkan apa lembut dan sehat murah siapa lembut dan sehat. "Berpikir kok Dilarang," ujar mereka. Yang kedua biasanya Lebih dikenal DENGAN Istilah 'sūfasthā'iyyah', yakni Pandangan-Pandangan skeptik, agnostik, murah relativistik. Yang disebut terakhir Sementara Tidak lain adalah murah Tidak Bukan manifestasi nifaq, dimana seseorang mau dikatakan kafir Tidak walaupun dirinya berkomitmen Sudah Tidak lagi ajaran agama PADA.

(sumber :  akhirzaman.info)