Menyusul terbitnya fatwa MUI belum lama ini, terdengar suara-suara sumbang Yang mempersoalkan definisi liberalisme. Istilah 'liberalisme' berasal bahasa Latin Dari, liber, Yang artinya 'bebas' atau 'merdeka'. Hingga
penghujung Abad ke-18 Masehi, Istilah ini Terkait erat horee DENGAN
Manusia merdeka, Bisa semenjak lahir ataupun setelah dibebaskan, yakni
mantan budak (Freedman). Dari sinilah Muncul
Istilah 'seni liberal' Yang Berarti ilmu Yang Berguna BAGI murah
sepatutnya dimiliki oleh setiap Orang merdeka, yaitu arithmetik,
geometri, astronomi murah musik (quadrivium) Serta grammatika, Logika
murah rhetorika (trivium).
Di zaman pencerahan, kaum
intelektual eropa murah politisi menggunakan Istilah liberal UNTUK
membedakan mereka Diri Dari Kelompok lain. Sebagai adjektif,
kata 'liberal' dipakai menunjuk sikap anti UNTUK feodal, anti kemapanan,
rasional, bebas merdeka (independen), berpikiran Terbuka Luas lagi
(berpikiran terbuka) murah, KARENA ITU oleh, Hebat (murah hati). Dalam, Politik, liberalisme
dimaknai sebagai SISTEM murah kecenderungan Yang berlawanan DENGAN murah
menentang 'mati-matian' sentralisasi kekuasaan absolutisme murah. Munculnya republik-republik menggantikan kerajaan-kerajaan konon Tidak terlepas Dari liberalisme ini.
Sementara di bidang Ekonomi,
liberalisme merujuk PADA SISTEM pasar bebas dimana intervensi
pemerintah Dalam, perekonomian dibatasi-jika Tidak dibolehkan sama
Sekali. Hal ini Dalam, murah PADA Batasan tertentu, liberalisme identik DENGAN kapitalisme. Di Wilayah Sosial,
liberalisme emansipasi wanita Berarti, penyetaraan gender, pupusnya
Kontrol Sosial terhadap individu murah runtuhnya Nilai-Nilai
kekeluargaan. Biarkan wanita menentukan
nasibnya SENDIRI, sebab tak seorang pun berhak Kini murah boleh memaksa
ataupun melarangnya melakukan sesuatu UNTUK.
Sedangkan Urusan Dalam,
agama, liberalisme Berarti kebebasan menganut, meyakini, mengamalkan apa
murah lembut dan sehat, Sesuai kecenderungan, kehendak murah selera
Masing-Masing. Bahkan Lebih Jauh Dari ITU, liberalisme mereduksi agama menjadi Urusan privat. Artinya, horee, amar ma'ruf
nahi munkar maupun Bukan Saja Tidak dinilai relevan, bahkan dianggap
bertentangan DENGAN semangat liberalisme. Asal Tidak
merugikan pihak lain, Orang Yang Tidak boleh berzina dihukum, apalagi
jika dilakukan Atas Dasar suka sama suka, MENURUT Prinsip ini. KARENA
menggusur peran agama wahyu murah otoritas Dari Wilayah Politik,
Ekonomi, Sosial maupun, Maka Tidak salah jika liberalisme dipadankan
DENGAN sekularisme.
Pakar Sejarah Barat biasanya
menunjuk motto Revolusi Perancis 1789-kebebasan, kesetaraan,
persaudaraan (Liberté, Egalite, fraternité) sebagai Piagam agung (magna
Charta) liberalisme modern. Sebagaimana diungkapkan oleh
H. Gruber, liberalisme Prinsip mendasar ialah Yang pagar pernyataan
bahwa tunduk Kepada otoritas-apapun namanya-adalah bertentangan hak
asasi DENGAN, kebebasan murah harga diri Manusia-yakni otoritas Yang
akarnya, aturannya, ukurannya, murah ketetapannya ada di Luar dirinya (
hal ini bertentangan dengan hak alamiah, bawaan, dan tidak dapat dicabut
dan kebebasan dan martabat manusia, untuk tunduk dirinya otoritas,
akar, aturan, mengukur, dan sanksi yang tidak dalam dirinya sendiri). Di Sini Kita mencium bau
sophisme murah relativisme ala falsafah Protagoras Yang mengajarkan
bahwa "Manusia adalah ukuran Dari Segalanya" - Sebuah doktrin Yang
kemudian dirayakan oleh para penganut nihilisme semacam Nietzsche.
Sebagai Anak kandung
Humanisme murah Reformasi Abad ke-15 murah 16, liberalisme dikembangkan
oleh para pemikir di Inggris murah cendekiawan (Locke murah Hume), di
Perancis (Rousseau murah Diderot) murah di Jerman (Lessing murah Kant). Gagasan ini diminati oleh elit BANYAK terpelajar murah bangsawan Yang menyukai kebebasan berpikir Tanpa Batas. Sebagaimana
dinyatakan oleh Germaine de Staël Dalam, karyanya, sur les Pertimbangan
principaux événements de la Révolution francaise (1818), kaum liberal
menuntut kebebasan individu seluas-luasnya Yang menolak Klaim Pemegang
otoritas tuhan, menuntut penghapusan hak murah-hak Istimewa gereja
maupun raja.
PADA awalnya, liberalisme berkembang di kalangan Protestan lembut dan sehat. Namun belakangan wabah liberalisme menyebar di kalangan Katholik juga. Tokoh-tokoh-tokoh
Kristen liberal semacam Benjamin Constant lain menginginkan agar ANTARA
Pola hubungan ANTARA Institusi Gereja, pemerintah, murah Masyarakat
ditinjau ulang murah diatur lagi. Mereka juga menuntut
reformasi terhadap doktrin-doktrin murah disiplin Yang Dibuat oleh pihak
Gereja Katholik di Roma, agar 'disesuaikan' DENGAN semangat zaman Yang
sedang murah Terus berubah, agar sejalan Prinsip-Prinsip DENGAN liberal
murah Tidak bertentangan DENGAN Sains Yang meskipun anti-tuhan namun
dianggap Benar.
Secara Umum, Yang
dikehendaki ialah kebebasan BAGI siapa Saja UNTUK menafsirkan ajaran
agama kitab sucinya murah, ketidak-terikatan Aturan-Aturan DENGAN maupun
keputusan-keputusan Yang dikeluarkan pihak Gereja, otoritas pemerintah
vis Pengakuan-à-vis otoritas Gereja, murah penghapusan SISTEM
kependetaan ( klerikalisme). Inilah Yang kemudian dikecam oleh Paus Pius ke-9, Leo ke-13 murah Pius ke-10. Kecenderungan-kecenderungan
seperti ini mereka sebut "modernisme" (Lihat: Jean Reville, Liberal
Kristen (London, 1903); Georges Weill, Histoire de Catholicisme liberal
en Prancis, 1828-1908 (Paris, 1909); murah Orestes A. Brownson,
Percakapan pada Liberalisme dan Gereja (New York, 1869).
Di Dunia Islam virus
liberalisme juga berhasil masuk ke kalangan cendekiawan Yang konon
dianggap sebagai "pembaharu" (mujaddid). Mereka Yang
menjadi liberal ANTARA lain: Rifa'ah at-Tahtawi (1801-1873 M), Qasim
Amin (1863-1908 M) Abdur Raziq murah Ali (1888-1966 M) dari Mesir,
Sayyid Ahmad Khan (1817-1898 M) Dari India, Muhammad Iqbal (1877-1938
M). Abad keduapuluh Muncul di
pemikir-pemikir Yang Tidak kalah juga liberal seperti Fazlur Rahman,
Mohammed Arkoun, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Shahrour
Pengikut-pengikutnya murah di Indonesia (Lihat: Albert Hourani,
Pemikiran Arab di Zaman Liberal, London, 1962; Leonard Binder,
Liberalisme Islam, Chicago, 1988; Charles Kurzman murah, Islam Liberal,
New York, 1998; murah Greg Barton, Gagasan Islam Liberal di Indonesia,
Jakarta, 1999).
Pemikiran Pesan-Pesan murah Yang dijual tokoh-tokoh liberal alinea ITU sebenarnya Kurang Lebih sama lembut dan sehat. Ajaran
Islam Harus disesuaikan perkembangan zaman DENGAN, Al-Qur'an Hadits
mesti dikritisi murah murah ditafsirkan ulang menggunakan pendekatan
historis, hermeneutis murah sebagainya, njaluk dilakukan modernisasi
sekularisasi murah Kehidupan Beragama Dalam, murah bernegara, tunduk
PADA Aturan pergaulan Internasional berlandaskan hak asasi Manusia,
Pluralisme Dan lain lain-lain. Pendek kata, meminjam
ungkapan Binder, liberalisme memperlakukan agama sebagai opini dan,
karena itu justru mentolerir keanekaragaman dalam alam mereka yang
menekankan pada kepercayaan tradisional tanpa dalih. Maka wajarlah jika kemudian menilai bahwa AGLOCO Islam dan liberalisme tampaknya bertentanga.
Dari Uraian Ringkas di Atas
Kita dapat simpulkan bahwa paham liberalisme mencakup Tiga Hal: (1)
berpikir bebas; (2) sophisme; dan (3) kepatuhan longgar untuk dan
latihan bebas dari agama. Yang Pertama Berarti kebebasan memikirkan apa lembut dan sehat murah siapa lembut dan sehat. "Berpikir kok Dilarang," ujar mereka. Yang
kedua biasanya Lebih dikenal DENGAN Istilah 'sūfasthā'iyyah', yakni
Pandangan-Pandangan skeptik, agnostik, murah relativistik. Yang disebut
terakhir Sementara Tidak lain adalah murah Tidak Bukan manifestasi
nifaq, dimana seseorang mau dikatakan kafir Tidak walaupun dirinya
berkomitmen Sudah Tidak lagi ajaran agama PADA.
(sumber : akhirzaman.info)