Rabu, 24 Agustus 2011

Surat Mujahidah Palestina untuk Muslimah di Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim

Saudari-saudariku para muslimah di Indonesia…


Aku sampaikan salam penghormatanku untuk kalian, salam penghormatan Islam yang agung:

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,

Amma ba’du…

Kami adalah saudari-saudari muslimah kalian di Palestina. Kami tumbuh di medan ribath dan jihad. Dan kami selalu berusaha untuk berpegang teguh pada agama kami yang agung, serta mendidik anak-anak kami untuk itu. Karena berpegang teguh pada agama Islam adalah (satu-satunya) tali keselamatan, berdasarkan Firman Allah Ta’ala dalam Surah Ali Imran:
“Dan barang siapa yang menginginkan selain Islam sebagai agama, maka itu tidak akan diterima darinya, dan kelak di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Selasa, 23 Agustus 2011

Wahai Mujahid, Jangan Mau Kau Menikahi “Aku”


Wahai mujahid, yang menyusahkan dirinya karena Alloh. Yang menjual dirinya kepada Alloh. Yang ingin bersusah disaat laki-laki lain tengah mengejar kesenangan. Aku wantikan kepadamu, jangan mau kau menikahi aku. Meski kutawarkan hatiku padamu, jangan mau! Jangan mau kau nikahi aku.

Karena aku, sesungguhnya bukanlah yang mau kau ajak bersusah dalam hidup.

Hai Mujahid, sudah aku katakan berulang jangan kau mau nikahi aku! Jangan!


Aku bisa merengek jika kau meminta ijin berangkat saat panggilan jihad itu tiba. Aku tidak ingin hidup tanpamu. Jangan menikahiku jika kau akan meninggalkanku. Masih ingin menikahiku?


Aku, akan kubuat kau menunda pekerjaanmu melayani umat dengan kesibukan melayaniku. Aku adalah ratu dirumah, jika kau tidak bisa penjadi pelayan yang baik, jangan pernah menikahiku!


Aku, wanita! Tabi’atku menyukai perhiasan dan kekayaan. Maka, jangan kau menikahiku jika kau tidak bisa memberikan apa yang aku mau. Memang lebih baik kau tidak usah menikah saja jika kau tidak menemukan wanita yang tidak sepertiku, sebab kupikir semua wanita sepertiku!


Duhai Mujahid! Suami yang baik adalah suami yang memberi kewajiban nafkah pada istrinya secara layak. Jangan kau menikahiku jika kau menuntutku untuk bekerja. Aku tidak bisa! Aku tidak punya keahlian untuk itu.

Aku tidak sudi bekerja, bukankah itu kewajibanmu? Jangan nikahi aku kalau begitu!


Mujahid, jangan kau mau nikahi aku meski aku punya daya tarik, dan kau terpikat olehku, jangan! Sebab kau harus tau diri! Aku bisa menampakkan wajah berseri dihadapanmu sepanjang hari, tapi tidak jika kau tengah berpamitan dengan tugasmu fi sabilillah.

Mujahid Muda Bertameng Al-Qur’an

 Entah mengapa, aku benci mereka, mungkin karena kedua adik perempuanku mereka siksa dan bunuh secara keji di desa kami. Atau mungkin karena ayahku mereka siksa dan tangkap bertahun-tahun lalu di desa kami. Atau yang paling memungkinkan, karena mereka membantai seluruh ibu-ibu di desa kami, termasuk ibuku! Intinya aku membenci mereka dengan sejuta alasanku.
Merekalah yang selama ini senang akan segala penderitaan kami, merekalah yang selalu mencari-cari alasan untuk menyiksa, membunuh, memperkosa, atau merampas barang-barang kami. Mereka itulah Kaum yang telah Allah kutuk dan murkai. Mereka Yahudi! Dan dengan segala sifat dan keburukan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka. Kini aku akan membalas, aku dan dua kawanku akan membalas perbuatan mereka.

Kami berencana melakukan suatu hal yang pasti akan membuat setidaknya kesal salah seorang tentara laknat itu, kami tahu, mungkin tidak akan berpengaruh banyak bagi perlawanan ini, tapi kami tahu, itulah yang mereka sangat benci dari negri kami, "Anak-anak yang sangat nakal dan kurang ajar!" itu kata mereka.

Kami tidak sembarang memilih target, kami telah memantau, menilai dan mengerjai mereka puluhan kali. Maka kami tahu sekarang, kami harus mengincar tentara berpangkat tinggi agar mendapak efek yang luar biasa besar. Tidak sulit bagi kami yang bertubuh kecil untuk bergerak tanpa terlihat. Kami bertiga telah terbiasa puasa sehingga badan kami kurus dan gesit.

Jodoh Sang Mujahid

 
Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum jugamenikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan menjawabnya agak gugup.

“Wahai saudaraku Zahid.selama ini engkau sendiri saja,” Rasulullah SAW menyapa.
“Allah bersamaku ya Rasulullah,” kata Zahid.

“Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah?,” kata Rasulullah SAW.

Zahid menjawab, “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”

” Asal engkau mau, itu urusan yang mudah!” kata Rasulullah SAW.

Kisah Istri Seorang Mujahid

 
Dia pergi dan meninggalkan aku, dia pergi ketika aku menghapus air mata.

Ya muslimin ini adalah benar yang mana terjadi pada ku dan aku akan menceritakannya kepadamu. Aku menikah dengan seorang pemuda, dimana tidak seorang pun di dunia ini yang sepertinya. Setelah dua bulan pernikahan, dia mengatakan padaku bahwa dia mencintai wanita lain dan cintanya pada wanita itu melebihi cintanya padaku. Aku berfikir dan merenungkannya beberapa saat dan kemudian aku bertanya padanya, “apakah cintamu padanya melebihi cintamu padaku?”. Dia menjawab “ya, aku mencintainya melebihi cintaku padamu”.

Aku pun berkata “Oh suamiku pergilah dan nikahi wanita itu, karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaan ku dan kesenanganmu adalah kesenanganku”. Dia pun menjawab, bahwa ia tidak memiliki uang yang cukup untuk menikahi wanita itu. Aku pun berkata padanya "Ambillah perhiasan yang aku miliki, jual-lah itu dan kemudian nikahi perempuan yang kau cintai". Dia pun mengatakan, “itu mungkin akan kubutuhkan suatu hari nanti”. Tetapi dedikasiku membuatnya menerima apa yang aku berikan. 

Rabu, 17 Agustus 2011

(Selamat Tinggal) وَدَاعًا

وَدَاعًا دُنْيَا اْ لأَ حْزَانِ
وَأَهِلِّيْ دُنْيَا اْلإِ يْـمَا نِ
وَالطَّيْرُ اْلمَكْسُوْرُجَنَاحًا
مَاعَادَفَقِيْدَ الجَرْحَانِ

يَاقَلْبِي اْلمَهْمُوْمُ طِنَاعًا
قَدْرَحَلَتْ عَنِّي أَحْزَانِي
سَأَ طِيْرُ إِلىَ دُنْيَا أَهْوَاء
أَنَامُسْلِمُ أَغلُوبِإِيْمَانِى

SENDIRI


Sunyi... Hening... Tiap hari,
Terus menghiasi bilahan hari-hari,
Terpojok di sudut ruang hati,
Temggelam dalam ruang sanubari...

Jejak langkah serasa sepi,
Tiada sahabat di sini,
Seperti pergi menjauh,
Tersisih... Terasingkan diri...

Senin, 15 Agustus 2011

Jalan Setapak


Rabbku Maha pengenggam nyawa,
Rabbku Maha penguasa alam raya,
Bening mutiara hiasi mata berkaca,
Jatuh ke bumi disambut RahmatNya...

Ingin menujudkan penawar sakit,
Pada hati gusar lagi terhimpit,
Menghiba cintaNya walau sedikit,
Hingga basuh luka sanubari yang sebit...

Kamis, 11 Agustus 2011

Tak Seindah Kisah Fathimah binti Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib

Ini adalah kisah temanku, teman seperuanganku sendiri. Setiap ada masalah, dia selalu curhat padaku. Masalah percintaanya pun aku tahu semua. Mungkin dia satu dari sekian ribu akhwat yang menjadi "korban" hati, gara-gara seorang ikhwan yang merasa "spesial" baginya. Awalnya temanku ini tidak punya akun facebook (FB), dia tetap kekeuh "mengharamkan" situs itu. Dia tetap menggunakan akun pencera-hanhati.com (PH), sebuah situs  network Islam asli buatan Indonesia. Mulai dari situ dia berinteraksi dengan dunia maya.

Setahun kemudian, dia seperti penasaran dengan situs network yang bernama FB. Akhirnya, dia buatlah akun di FB. Satu persatu akun orang-orang yang dia kenal maupun tidak dikenal, di-add sebagai teman. Lama-lama temannya di FB-nya makin banyak, ketika itu sudah mencapai ratusan. Selama dia punya akun FB, dia seperti "kecanduan". Setiap hari dia online baik melalui komputer mau pun handphone. "Hahaha, ente ketagihan juga sama tuh facebook. Hahaha", ledekku. Reaksinya hanya senyum-senyum malu.

Sampai suatu ketika, ada seorang ikhwan menge-add fb temanku. Setelah dikonfirmasi, ikhwan itu sering menyapa lewat chatt. Berkenalan, saling ngobrol dan komentar di status masing-masing. Hingga pada akhirnya, mereka saling bertukar nomor telepon dan akhirnya saling mengirim pesan singkat. Pada puncaknya, si ikhwan itu memberi perhatian pada temanku. Temanku ini seperti merasa tersanjung karena merasa diperhatikan oleh si ikhwan itu. Ternyata bukan aku saja yang memperhatikan dia di FB, teman-teman akhwat lain juga memperhatikan mereka melalui FBnya masing-masing. Memang beberapa teman ada yang berteman dengan ikhwan itu. Setelah teman-teman tahu masalah ini, pesan singkat pun datang silih berganti. Kami tidak tahu apakah teman kami yang satu ini sadar atau tidak bahwa dia sedang ditegur oleh teman-teman akhwat.

Rabu, 10 Agustus 2011

Bermula dari Basecamp Peradaban


Basecamp peradaban, begitulah kami menyebutnya. Sebuah kontrakan sederhana, di belahan Jatayu yang tidak jauh dengan kampus. Walau sederhana, tapi menginggalkan begitu banyak kenangan. Suka duka bersama, ukhuwah dan cinta. Basecamp peradaban ini dijadikan sekretarian KAMMI komisariat UHAMKA, dan basecamp kami berbeda dengan basecamp lainnya. Biasanya ditempati oleh ikhwan, tapi ini yang menempati adalah para akhwat mujahidah dakwah kampus.

Senin, 08 Agustus 2011

Untuk Calon Mujahidku...

 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh...



Wahai calon mujahidku di belahan bumi sana, bagaimana kabarmu? Semoga selalu dibawah naungan rahmatNya dan selalu diridhoiNya dalam tiap jengkal langkahmu mengharungi jalan dakwah ini. Bagaimana jua kabar iman dan hatimu? Semoga selalu terjaga kesucian dan keistiqamahanmu.

Wahai calon mujahid yang akan menjadi imamku, Allah telah mempersiapkanmu untuk menjemputku dalam ikatan yang suci. Ikatan yang akan mengguncang dunia dan seisinya. Kita akan mengharungi dakwah bersama, agar kau tak sendiri lagi. Aku akan menjadi teman berjuang bersamamu, dalam suka dan duka.

Wahai calon mujahidku, aku akan berusaha menjadi “Khadijah”mu. Aku akan menjadi penentram hatimu ketika merasa resah, gundah dan gelisah dalam menghadapi berbagai persoalan. Aku akan senantiasa mendukung jihadmu, bukan menjadi penghalang. Karena aku tahu kau melakukannya hanya untuk mencari ridha Allah swt semata.